Selasa, 15 Februari 2011

tata cara thoriqoh nagsyabandiyah kholidiyah mujaddidiyyah

Naqsyabandiyah Mujaddadiyah PDF Cetak Surel

Untuk memasuki dan mengambil dzikir dari thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, seorang harus melaksanakan kaifiyah atau tata cara sebagai berikut:

1. Datang kepada calon guru mursyid untuk meminta izin memasuki thoriqohnya dan menjadi muridnya. Hal ini dilakukan sampai memperoleh izin dan perkenannya.

2. Mandi taubat setelah sholat isya’ sekaligus berwudlu’ secara sempurna.

3. Sholat hajat dua rakaat dengan niat masuk thoriqoh. Setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas pada rakaat kedua.

4. Setelah salam membaca:

اللهم انى اسئلك التوبة الانابة والاستقامة على الشريغة الغراء والطريقة البيضاء.

5. Dan dilanjutkan dengan membaca istighfar 5 kali, atau 15 kali, atau 25 kali.

6. Membaca Al-Fatihah sekali dan Al-Ikhlas tiga kali, dengan niat menghadiahkan pahalanya ke Hadlratusy Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy, serta memohon pertolongannya mudah-mudahan keinginannya masuk thoriqoh diterima.

7. Tidur miring ke kanan dengan menghadap kiblat.

Setelah prosesi tersebut dilaksanakan, maka selanjutnya menghadap calon guru mursyidnya lagi untuk mendapatkan petunjuk dan pengarahan lebih lanjut, yang kemudian setelah itu akan dilakukan talqin dzikir atau bai’at dari sang guru mursyid itu kepadanya.

Setelah menerima talqin dzikir atau bai’at, maka dia sudah tercatat sebagai anggota thoriqoh Naqsyabandiyyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, yang mempunyai kewajiban untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:

1. Membaca istighfar 5 kali,atau 15 kali, atau 25 kali.

2. Membaca al-Fatihah sekali dan surat Al-Ikhlas 3 kali, yang dihadiahkan kepada para guru mursyid thoriqoh ini sejak zaman ini sampai kepada Rasulullah Saw, hhususnya Hadlratusy Syaikh Muhammad Baha-udin An-Naqsyabandiy.

3. Kedua bibir dirapatkan sambil lidah ditekan dan gigi di rekatkan seperti orang mati, dan merasa bahwa inilah nafas terakhirnya sambil memgingat alam qubur dan kiamat dengan berbagai kerepotannya.

4. Rabithah kepada guru mursyid.

5. Menenangkan dan mengkonsentrasikan hati untuk senantiasa ingat pada Allah Swt.

6. Munajat dengan hatinya membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى

7. Kemudian dengan hatinya mewiridkan Ismudz-Dzat (Allah…Allah…Allah…)5000 kali, dengan tanpa menggerakkan lidah, bibir,dan seluruh anggota tubuhnya kecuali jari penunjuk untuk menarik hitungan tasbih. Dan setiap 100 kali diselingi membaca:
الهى انت مقصودى ورضاك مطلوبى

8. Setelah selesai wirid, diam sejenak dan rabithah kepada guru mursyid disertai permohonan anugerah barakahnya, kemudian berdo’a sebagai berikut:

اللهم يا حيى يا قيوم يا بديع السموات والارض ياملك الملك ياذاالجلال والاكرام, صل على سيدنا محمد افضل صلواتك وعدد معلوماتك وعلى اله وصحبه وبارك وسلم كذالك, وارزقنا الاستقامة على الشريعة الغراء والتمسك التام بهذه الطريقة النقشبندية المجددية الخالدية, وةارزقنا كمال اتباع خير البرية صلى الله عليه وسلم والصدق فى محبة ورثة اولى الحصوصية.

Keterangan:

* Pelaksanaan pembacaan aurad (wirid-wirid) tersebut dilakukan sehari sekali, waktunya bebas yang penting dicari waktu yang bisa istiqomah.
* Sikap duduk pada saat membaca aurad tersebut adalah dengan duduk tawarruk sholat terbalik, artinya telapak kaki kanan dimasukkan di bawah lutut kaki kiri , kecuali ada udzur.
* Para murid pemula cukup mengamalkan aurad tersebut. Sedang untuk murid yang sudah meningkat ajarannya, akan mendapatkan ajaran dzikir lainnya seperti dzikir Latho-if, Dzikir Nafi Itsbat, Dzikir Wuquf, Dzikir Muroqobah Muthlak, Dzikir Muroqobah Ahadiyatul Af’aal, Dzikir Muroqobah Ma’iyyah, dan Dzikir Tahlil bil lisan.
* Disamping itu masih ada ajaran Muroqobah, yaitu Muroqobah Aqrobiyah, Muroqobah Ahadiyah Adz-Dzat Ash-Shomad dan Muroqobah Ahadiyyah Adz-Dzat Ash-Shirf wal Baht.
* Disamping ada ajaran suluk, khawajikan, dan tawajuhhan, yang semua hal tersebut di atas secara terperinci dapat di baca dalam kitab Risalatul mubarakah, yang di susun oleh Kiai Muhammad Hambali Sumardi Al-Quddusiy.

Suluk Thoriqoh

Dalam Thoriqoh Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah ini, karena ada aturan-aturan tertentu dalam kaifiyah atau tata caranya, yaitu sebagai berikut;

1. Memperoleh izin dari guru mursyid atau izin dari orang yang telah mendapat ijazah dari guru mursyidnya untuk mengajarkan suluk.

2. Kholwah, artinya menyepi atau memisahkan diri dari anak istri atau saudara-saudaranya yang sedang tidak melakukan suluk.

3. Berniat suluk selama 40 hari ,atau 20 hari atau minimal 10 hari, dengan niatan sebagai berikut:

نويت ان ادخل فى السلوك اربعين يوما/ عشرين يوما/ عشرة ايام لاقتداء السلف الصالحين ولاتباع النبي صلى الله عليه وسلم لله تعالى

Sedang rukun-rukun suluk yang harus dipenuhi adalah;

1. Menyedikitkan bicara yang tidak perlu atau tidak ada manfaatnya.
2. Menyedikitkan makan,namun juga jangan sampai kelaparan sehingga tidak kuat melaksanakan ibadah atau dzikir.
3. Menyedikitkan tidur, artinya mengurangi tidur seperti yang biasanya dilakukan.
4. Melanggengkan dzikir siang malam dengan memperhatikan adab dan tata kramanya,dengan jumlah dzikir sesuai dengan tingkatan pengajarannya.
5. Tawajjuhan 3 kali sehari semalam, Yaitu 1). Setelah sholat Isya’ dengan terlebih dahulu mengkhatamkan khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 2).Pada waktu sahur setelah khataman khawajikan selain malam selasa dan jum’at, 3).Setelah dhuhur dengan tanpa khataman khawajikan. Setelah Ashar hanya dengan khataman khawajikan saja.

Di samping itu ada adab atau tata krama suluk yang juga harus di perhatikan,yaitu sebagai berikut;

1. Ketika akan melakukan suluk, hendaknya minta izin dahulu kepada guru mursyidnya.
2. Mandi taubat dan berwudlu dengan sempurrna.
3. Sholat hajat dua rakaat dengan niat memasuki suluk.
4. Ketika masuk ke tempat khalwat, membaca ta’awudz dan basmalah dengan ikhlas.
5. Niat bersungguh-sungguh dalam ibadah dan memenjarakan nafsu.
6. Melanggengkan wudlu’ (suci).
7. Tidak berbicara kecuali dzikrullah.
8. Melanggengkan rabithah kepada guru mursyidnya.
9. Sungguh-sungguh memperhatikan sholat jum’at, jama’ah lima waktu, sholat rowatib qobliyah dan ba’diyah dan sholat-sholat sunnah lainnya yang muakkadah.
10. Melanggengkan dzikir, baik jahri maupun sirri, baik dzikir nafi itsbat maupun dzikir ismudz-dzat.
11. Membiasakan tidak tidur. Artinya tidak tidur kecuali sangat kantuk dan kalaupun tidur niatnya untuk menghilangkan capeknya badan.
12. Tidak menyandarkan tubuhnya pada sesuatu dan tidak tiduran diatas lemek (tikar ataupun lainnya).
13. Ketika keluar dari tempat khalwatnya menundukkan kepala dan tidak melihat-lihat sesuatu kecuali ada perlu.
14. Ketika berbuka, tidak memakan makanan yang berasal dari yang bernyawa.

Catatan

* Keterangan tentang Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah ini di nukil dari kitab risalatul mubarakah yang disusun oleh kiai Muhammad Hambali Mawardi Al-Quddusy, disamping juga penjelasan dari KH. M. Salman Dahlawiy seorang mursyid Thoriqoh Naqsyabandiah Mujaddadiyah Kholidiyyah yang juga merupakan pengasuh pondok pesantren “Al-Manshur”, Popongan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
* Untuk kegiatan suluk dan tawajjuhan khusus di tempat KHM Salman Dahlawiy di adakan 3 kali dalam setahun.
* Untuk kegiaan tawajjuhan umum diadakan sekali dalam seminggu, yaitu setiap hari selasa sebelum dhuhur (antara jam 11.00-12.00 Wib).
* Untuk kegiatan bai’at bisa dilakukan setiap saat, kecuali bulan-bulan suluk.

Adapun sanad kemursyidan KH.M.Salman Dahlawiy adalah sebagai berikut;

KH.M. Salman Dahlawiy dari Syaikh Manshur dari Syaikh Muhammad Al-Hadi dari Syaikh Sulaiman Az-Zuhdi dari Syaikh Isma’il Al-Barusiy dari Syaikh Sulaiman Al-Quraimi dari Syaikh Khalid Al-Baghdadiy dari Syaikh Abdullah Ad-Dahlawiy dari Syaikh Habibillah dari Syaikh Nur Muhammad Al-Badwaniy dari Syaikh Saifidin dari Syaikh Muhammad Ma’sum dari Syaikh Ahmad Al-Faruqi dari Syaikh Muhammad Al-Baqi Billah dari Syaikh Muhammad Al-Khawajiki dari Syaikh Darwisyi Muhammad dari Syaikh Muhammad Az-Zahid dari Syaikh Ubaidilah Al-Ahrar dari Syaikh Ya’qub Al-Jarhi dari Syaikh Muhammad bin ‘Alaudin Al-Aththar dari Syaikh Muhammad Bahaudin An-Naqsyabandiy dari Syaikh Amir Kullal dari Syaikh Muhammad Baba As-Samasi dari Syaikh Ali Ar-Rumaitini dari Syaikh Mahmud Al-Anjir Ghajduwaniy dari Syaikh Yusuf Al-Hamadaniy dari Syaikh Abi Ali Al-Fadl dari Syaikh Abil Hasan Ali Al-Kharqani dari Syaikh Abi Yazid Thoifur Al-Bustami dari Syaikh Ja’far Ash-Shadiq dari Syaikh Qosim bin Ash-Shidiq radliallahu anhum ajma’in dari Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw dari Sayyidina Jibril AS dari Allah SWT.

.





Copyright © Thoriqoh Indonesia - 2009. Allrights Reserved
Web Design & Development by Arimurti.com

thoriqoh nagsyhabandiyah

Peletak dasar Thoriqoh Naqsyabandiyah ini adalah Al-Arif Billah Asy Syaikh Muhammad bin Muhammad Bahauddin Syah Naqsyabandi Al-Uwaisi Al- Bukhori radliallahu anhu (717-865 H) .

Dijelaskan oleh Syaikh Abdul Majid bin Muhammad Al Khoniy dalam bukunya Al-Hadaiq Al-Wardiyyah bahwa thoriqoh Naqsabandiyyah ini adalah thoriqohnya para sahabat yang mulia radliallahu anhum sesuai aslinya, tidak menambah dan tidak mengurangi. Ini merupakan untaian ungkapan dari langgengnya (terus menerus) ibadah lahir batin dengan kesempurnaan mengikuti sunnah yang utama dan ‘azimah yang agung serta kesempurnaan dalam menjauhi bid’ah dan rukhshah dalam segala keadaan gerak dan diam, serta langgengnya rasa khudlur bersama Allah SWT. mengikuti Nabi SAW. dengan segala yang beliau sabdakan dan memperbanyak dzikir qalbiy.

Dzikirnya para guru Naqsyabandiyah adalah Qalbiyah (menggunakan hati). Dengan itu mereka bertujuan hanya kepada Allah SWT. semata dengan tanpa riya’, dan mereka tidak mengatakan suatu perkataan dan tidak membaca suatu wirid kecuali dengan dalil atau sanad dari kitab Allah SWT. atau sunnah Nabi Muhammad SAW.

Asy-Syaikh Musthofa bin Abu Bakar Ghiyasuddin An-Naqsyabandiy menyatakan dalam risalahnya Ath Thoriqoh An-Naqsabandiyah Thoriqoh Muhammadiyah bahwa thoriqoh ini memiliki tiga marhalah;

a. Hendaklah anggota badan kita berhias dengan dhohirnya syari’ah Muhammadiyah.

b. Hendaklah jiwa- jiwa kita bersih dari nafsu-nafsu yang hina, yaitu hasad, thama’, riya, nifaq, dan ‘ujub pada diri sendiri. Karena hal itu merupakan sifat yang paling buruk dan karenanya iblis mendapatkan laknat.

c. Berteman dengan shodikin (orang-orang yang berhati jujur)

Thoriqoh Naqsyabandiyah ini mempunyai banyak cabang aliran thoriqoh di Mesir, Turki, juga Indonesia.



Copyright © Thoriqoh Indonesia - 2009. Allrights Reserved
Web Design & Development by Arimurti.com

adzab berdikir

Adab Berdzikir PDF Cetak Surel

Untuk melaksanakan dzikir didalam thoriqoh ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al Mafakhir Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Asy-Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima)adab dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas)adab dilakukan pada saat berdzikir, 2(dua) adab dilakukan seelah selesai berdzikir.

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah;

1... Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.

2... Mandi dan atau wudlu.

3... Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.

4... Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya.

5... Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah SAW, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari Beliau.

Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir adalah;

1... Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat..

2... Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya

3... Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan pakaian di badannya.

4... Memakai pakaian yang halal dan suci.

5... Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.

6... Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir, karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra hati / bathin.

7... Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting

8... Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai (banyak orang).

9... Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah).

10.. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah, karena bacaan ini memiliki keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.

11.. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.

12.. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah, agar pengaruh kata “illallah” terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh anggota tubuh.

Dan 3 (tiga) adab setelah berdzikir adalah;

1... Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh tahun.

2... Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.

3... Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan tujuan utama dari dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.

4... Para guru mursyid berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal tersebut.”Wallahu a’lam.

Keterangan

1... Himmah para syaikh /guru mursyid adalah keinginan para beliau agar semua muridnya bisa wushul kepada Allah SWT.

2... Sikap duduk pada waktu melakukan dzikir ada perbedaan antara aliran thoriqoh yang satu dengan yang lainnya, bahkan antara satu mursyid dengan yang lainnya dalam satu aliran.Ada yang menggunakan cara duduk seperti duduk di dalam shalat (tawarruk atau iftirasy), ada yang tawarruk di balik artinya kaki kanan yang di masukkan di bawah lutut kaki kiri, ada yang dengan muroba’ (bersila) dan ada yang dengan cara seperti saat di bai’at oleh mursyidnya. Oleh karena ittu maka sikap duduk didalam berdzikir bisa dilakukan sesuai dengan petunjuk guru musyidnya masing- masing.

3... Membayangkan pribadi syaikhnya seakan berada di hadapannya pada saat melakukan dzikir, yang lazim di sebut “rabithah” atau “tashawwur” bagi seorang murid thoriqoh. Hal tersebut lebih berfaidah dan lebih mengena dari pada dzikirnya itu.Karena syaikh adalah washilah /perantara untuk wushul kehadirat sang maha haq ‘azza wa jalla bagi si murid, dan setiap kali bertambah wajah kesesuaian bayangannya bersama syaikhnya maka bertambah pula anugerah- anugerah dalam batiniyahnya, dan dalam waktu dekat akan sampailah dia pada apa yang dicarinya (Allah). Dan lazimnya bagi seorang murid untuk fana’/ lebur lebih dahulu dalam pribadi syaikhnya, kemudian setelah itu ia akan sampai pada fana’/ lebur pada Allah Swt.Wallahu a’lam.

4... Yang dimaksud dengan waridudz dzikir segala sesuatu yang datang atau muncul didalam hati berupa makna-makna atau pengertian-pengertian setelah berdzikir yang bukan dikarenakan oleh usaha kerasnya si pelaku dzikir.

Minggu, 22 Agustus 2010

activity

activity

activity

activity